STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan atau aktivitas sehari-hari, siswa atau peserta didik akan menjumpai yang namanya belajar baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sekitar, sebab salah satu aktivitas siswa yaitu belajar di sekolah. Tidak hanya itu siswa pun dapat belajar pengalaman dari lingkungan sekitar. Sehingga dalam hal ini belajar sangat berpengaruh besar terhadap aktivitas siswa dan tidak menutup kemungkinan seseorang khususnya siswa dapat sukses dengan belajar.
Menurut Udin S. Winataputra, dkk (2008:1.5) menyatakan bahwa belajar merupakan proses manusiawi yang memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern.
Dari pendapat diatas, maka belajar amatlah penting bagi manusia sebab dengan belajar manusia dapat menambah wawasan, pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan. Dengan belajar manusia atau seseorang dapat menjadi manusia yang lebih baik yang dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Sehingga perilaku belajar siswa sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya, sebab kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dan lingkungan.
Ketika dari dalam diri siswa ada niat untuk belajar, dan didukung dengan lingkungan yang baik maka hasil belajar yang telah diterapkan akan bermakna, bahkan sebaliknya apabila seseorang tidak rajin belajar terutama membaca dan dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang baik maka hasil belajarnya pun tidak akan bermakna.
Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah strategi pembelajaran kontekstual sangat berguna bagi siswa, sebab dengan adanya strategi ini maka dapat memudahkan guru dalam mengajar sekaligus proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana pengertian pembelajaran kontekstual ?
2.    Bagaimana penjelasan mengenai strategi pembelajaran kontekstual ?
3.    Apa saja komponen-komponen pembelajaran kontekstual ?
4.    Apa saja keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran kontekstual?

C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui pengertian pembelajaran kontekstual
2.    Untuk mengetahui penjelasan mengenai strategi pembelajaran kontekstual
3.    Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen pembelajaran kontekstual
4.    Untuk mengetahui apa saja keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran kontekstual














BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Istilah pembelajaran menurut Dharma Kesuma, dkk (2013:108) dimaknai sebagai proses interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya.
Sedangkan menurut Pannen dan Mustafa 2007 (dalam Benny A. Pribadi, dkk 2008:11.1) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang dan dikembangkan dengan tujuan untuk membantu proses belajar anak dan meningkatkan hasil belajarnya.
Agus Suprijono (2010:80) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Sedangkan menurut Ihat Hatimah, dkk (2008:9.18) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah upaya pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengembangkan level kognitif tingkat tinggi, sehingga peserta didik dapat berlatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memahami suatu isu, dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran kontekstual memusatkan pada bagaimana peserta didik mengerti makna dari apa yang mereka pelajari, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, bagaimana mencapainya dan bagaimana mereka mendemonstrasikan (menerapkan) apa yang telah mereka pelajari.

B.     Strategi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Dick dan Carey (dalam Etin Solihatin 2012:03) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan komponen umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Kemp 1995 (dalam kaknovi.wordpress) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual adalah kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi berupa urutan-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran juga mencakup pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Menurut Puji Santosa, dkk (2009:1.15) menyatakan bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien apabila didukung dengan kemahiran guru mengatur strategi pembelajaran. Jadi cara guru mengatur strategi pembelajaran sangat berpengaruh kepada cara siswa belajar.
Menurut Zahorik (dalam Agus Suprijono 2010:84), urutan-urutan pembelajaran kontekstual adalah activating knowledge, acquiring knowledge, under standing knowledge, applying knowledge, dan reflecting knowledge.
Pembelajaran kontekstual diawali dengan pengaktifan pengetahuan yang sudah ada atau telah dimiliki peserta didik. Selanjutnya, perolehan informasi atau pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan dahulu (membaca keseluruhan), kemudian memerhatikan detailnya.
Lalu urutan selanjutnya mengitegrasikan atau menggabungkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada dan menyesuaikannya. Dengan cara melakukan hal-hal tersebut seperti merumuskan konsep sementara, melakukan sharing, dan perevisian serta pengembangan konsep, integrasi dan akomodasi (menyesuaikan) dapat menghasilkan pemahaman pengetahuan. Lalu urutan berikutnya adalah mempraktikkan pengetahuan yang telah dipahami dalam berbagai konteks. Konteks yang dimaksud adalah kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna. Dan yang terakhir, melakukan refleksi (pengulangan kembali) terhadap strategi pengembangan selanjutnya terhadap pengetahuan tersebut.

C.     Komponen Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh (7) komponen pembelajaran kontekstual yaitu : konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
1.    Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah “mengonstruksi” pengetahuan, bukan menerima pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru).
2.    Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Belajar penemuan melibatkan peserta didik dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah sistemik menemukan pengetahuan baru atau memverifikasi pengetahuan lama. Metode itu sendiri diartikan sebagai strategi yang telah disusun atau diterapkan.

Prosedur inkuiri terdiri dari tahapan yaitu melontarkan atau merumuskan permasalahan, mengumpulkan data dan verifikasi, mengumpulkan data dan eksperimentasi, merumuskan penjelasan, dan menganalisis atau menyimpulkan proses inkuiri.
3.    Bertanya
Pembelajaran kontekstual dibangun melalui dialog interaktif melalui tanya jawab oleh keseluruhan unsur yang terlibat dalam komunitas belajar.
4.    Masyarakat Belajar
Pembelajaran kontekstual menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses sosial. Melalui interaksi dalam komunitas belajar, proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. Hasil belajar diperoleh dari berkolaborasi dan berkooperasi. Masyarakat belajar dapat terbentuk seperti kelompok kecil antar siswa, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, dan bekerja sama dengan masyarakat.
5.    Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan, sebagai suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Melalui pemodelan siswa dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan seperti cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya tulis, dan melafalkan bahasa, dan sebagainya.
6.    Refleksi
Refleksi adalah upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
7.    Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.


D.    Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kontekstual
Keunggulan dari strategi pembelajaran kontekstual yaitu sebagai berikut :
1.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
2.    Siswa dapat berpikir kritis dan kreatis dalam memahami suatu isu dan memecahkan masalah, sedangkan guru dapat lebih kreatif
3.    Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan
4.    Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok
5.    Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran kontekstual yaitu sebagai berikut :
1.    Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas harus berdasarkan pada kebutuhan siswa, padahal kemampuan siswa berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaian siswa tidak sama.
2.    Menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kemampuan kognitifnya kurang
3.    Bagi siswa yang ketinggalan materi atau informasi dalam proses pembelajaran, maka akan sulit untuk mengejar ketinggalannya. Sebab dalam strategi ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha untuk memperoleh pelajaran.
4.    Tidak semua siswa dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dengan menggunakan strategi ini.
5.    Siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi namun akan sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan sebab dalam pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan daripada kemampuan intelektual.   


BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengembangkan level kognitif siswa tingkat tinggi, sehingga peserta didik dapat berlatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memahami suatu isu, dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya.
Sehingga strategi pembelajaran kontekstual adalah kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu dari komponen strategi pembelajaran kontekstual adalah penilaian autentik, yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.
Salah satu dari keunggulan strategi pembelajaran kontekstual yaitu siswa dapat berpikir kritis dan kreatis dalam memahami suatu isu dan memecahkan masalah, sedangkan guru dapat lebih kreatif.
Sedangkan salah satu dari kelemahan strategi pembelajaran kontekstual yaitu tidak semua siswa dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dengan menggunakan strategi ini.

B.     Saran
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran kontekstual, guru tersebut harus tahu terlebih dahulu kemampuan tiap-tiap siswanya, agar ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa yang ketinggalan materi dapat menyusul atau dapat mengikuti apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga apabila hal ini disadari oleh seorang guru maka cepat atau lambat strategi pembelajaran ini dapat menyenangkan, efektif, dan efisien.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KETERKAITAN PPKn DENGAN IPS

MASALAH MORALITAS DI SEKOLAH DASAR

BATASAN DAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM