BATASAN DAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dan tidak bisa lepas dari
kehidupan. Dengan pendidikan akan membantu manusia untuk menyingkapkan dan
menemui rahasia alam, mengembangkan fitrah manusia yang merupakan potensi untuk
berkembang. Pendidikan itu untuk membentuk kepribadian dan memahami ilmu
pengetahuan. Manusia sangat membutuhkan pendidikan, mulai dari dilahirkan ia
sudah membutuhkan bantuan. Bantuan itulah awal dari kegiatan pendidikan.
Pendidikan juga merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia.
Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja.
Akan tetapi proses pendidikan harus berlangsung secara berkesinambungan. Hal
ini memunculkan istilah pendidikan seumur hidup (life long education).
Dalam pelaksanaannya pendidikan memiliki kemungkinan dan keterbatasan.
Sejauh manakah kemungkinan yang dapat dicapai oleh pendidikan pada diri
seseorang tidak dapat dinyatakan dengan jelas. Pendidikan memilki batasan-batsan
bukan berarti pendidikan tersebut berlangsung pada saat-saat tertentu tetapi
batasan-batasan tersebut yaitu dimulai dari kapan seseorang itu menempuh atau
mulai berkecimpung dalam yang namanya dunia penndidikan. Dalam makalah ini kami
akan menjelaskan apakah pendidikan itu
berlangsung seumur hidup, Jika tidak demikian kapan pendidikan itu dimulai dan
kapan pula berakhir. dan apakah manusia mungkin atau tidak mungakin menerima
pengaruh yang bersifat mendidik, serta aliran-aliran dalam pendidikan
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan batas-batas pendidikan?
2.
Apakah yang dimaksud batas awal dan akhir dalam
pendidikan dan mungkin atau tidak mungkin menerima pengaruh yang bersifat
mendidik?
3.
Apakah pandangan islam tentang pengaruh faktor warisan
dan lingkungan serta yang dapat dicapai manusia melalui pendidikan?
Tujuan Pembahasan Masalah
1.
Agar pembaca mengetahui batas-batas pendidikan
2.
Agar pembaca mengetahui batas awal dan batas akhir
pendidikan
3.
Agar pembaca mengetahui bisa atau tidak manusian
menerima pengaruh yang bersifat mendidik
4.
Agar pembaca mengetahui aliran-aliran dalam pendidikan
A. Batas-Batas Pendidikan
|
1.
Achmadi (1992:5), ilmu pendidikan islam
adalah ilmu yang mengkaji pandangan islam tentang pendidikan dengan menafsirkan
nilai-nilai ilahi dan mengkomunikasikan secara timbal balik dengan fenomena
dalam situasi pendidikan.
2.
H.M. Arifin, (1991:14) ilmu pendidikan
islam adalah studi tentang sistem dan proses kependidikan yang berdasarkan
islam untuk mencapar produk atau tujuannya,baik studi secara teoritis maupun
praktis.
3.
Widodo Supriono, memberikan pengertian
ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum
pendidikan islam,secara menyeluru dan abstrak. Dimana pendidikan islam bersifat
teoritis dan praktis (Ismail SM 2001-35)
4.
Ilmu pendidikan islam iyalah ilmu yang
membahas proses penyampaian materi-materi ajaran islam kepada anak didik dalam
proses pertumbuhannya (Uhbiyati 1998-12)
Dalam ilmu pendidikan islam teoritis, dibahas
hal-hal yang bersifat normatis, yakni menunjuk kepada standar nilai islam. Oleh
karena itu sistematika pokok kajiannya meliputi landasan dasar pendidikan
islam, fungsi pendidikan islam, dan tujuan pendidikan islam. Adapun untuk ilmu
pendidikan islam yang bersifat praktis, maka sistematika pokok kajiannya
meliputi pendidikan islam dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta
dilingkungan masyarakat.
Berdasarkan penegasan-penegasan tersebut diatas,
maka dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan islam merupakan ilmu pengetahuan
praktis karena yang diuraikan dalam ilmu ini dilaksanakan dalam kegiatan
pendidikan, dan orang yang mempelajari ilmu ini dengan tujuan untuk dapat
mengetahui dan mengarahkan kegiatan pendidikan.
Ilmu pendidikan islam juga merupakan ilmu pengetahuan
rohani, karena situasi pendidikan berdasarkan atas tujuan tertentu dan tidak
membiarkan anak tumbuh secara liar sesuai dengan keinginannya, melainkan
memandangnya sebagai makhluk susila, berharkat
dan ingin membawanya kearah manusia susila, yang memiliki harkat dan budaya.
Batasan ilmu pendidikan islam menggunakan
kaidah-kaidah ilmu pendidikan, dan menggunakan pendekatan filosofis dan ilmu
empiris agar iya memiliki konsep yang idealistik, realistik, dan
praktis.pendekatan filosofis mengangkat nilai-nilai ilahi transendental yang
terkandung dalam risalah Islamiyah yang berkaitan dengan masalah-masalah
pendidikan. Sedangkan pendekatan empiris lebih diarahkan pada upaya untuk
mencari jawaban terhadap berbagai masalah pendidikan yang timbul dengan selalu
menggunakan parameter nilai-nilai ilahi.
Berdasarkan pendekatan tersebut, ilmu pendidikan
islam dapat diberi batasan secara garis besar sebagai berikut :ilmu pendidkan
islam iyalah ilmu yang mengkaji pandangan islam tentang pendidikan dengan
menafsirkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam dan
mengkomunikasikan secara timbal balik dengan fenomena sosial dalam situasi
pendidikan kontemporer.
Nasruddin Razak (1973:62) menyatakan bahwa Memahami islam secara menyeluruh
adalah penting walaupun tidak secara detail. Batas-batas
pendidikan yang dimaksud disini adalah hal-hal yang menyangkut masalah
kapan pendidikan dimulai dan bilamana pendidikan berakhir.
Dari beberapa pendapat para ahli bisa kita simpulkan bahwa sebelum diuraikan mengenai pengertian
pendidikan Islam, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian
pendidikan secara umum agar
pembahasannya lebih sistematis. Mengingat pengertian pendidikan Islam
itu tidak terlepas dari pengertian pendidikan pada umumnya. Dengan demikian
akan kita ketahui arti dan batasan-batasan pendidikan Islam yang jelas.
Rangkaian kata “pendidikan Islam” bisa dipahami dalam arti berbeda-beda, antara
lain: 1) pendidikan (menurut) Islam, 2) pendidikan (dalam) Islam, dan 3)
pendidikan (agama) Islam. Istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam,
berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai dan
norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dengan demikian, pembahasan mengenai pendidikan (menurut) Islam lebih bersifat
filosofis. Istilah kedua, pendidikan (dalam) Islam, berdasar atas perspektif
bahwa Islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradaban yang tumbuh dan
berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam, sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
sampai masa sekarang. Dengan demikian, pendidikan (dalam) Islam ini dapat
dipahami sebagai proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan dikalangan umat
Islam, yang berlangsung secara berkesinambungan dari generasi ke generasi
sepanjang sejarah Islam. Dengan demikian, pendidikan (dalam) Islam lebih
bersifat historis atau disebut sejarah pendidikan Islam. Sedangkan istilah
ketiga, pendidikan (agama) Islam, muncul dari pandangan bahwa Islam adalah nama
bagi agama yang menjadi panutan dan pandangan hidup umat Islam. Agama Islam
diyakini oleh pemeluknya sebagai ajaran yang berasal dari Allah, yang
memberikan petunjuk ke jalan yang benar menuju kebahagiaan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Pendidikan (agama) Islam dalam hal ini bisa dipahami
sebagai proses dan upaya serta cara transformasi ajaran-ajaran Islam tersebut,
agar menjadi rujukan dan pandangan hidup bagi umat Islam. Dengan demikian,
pendidikan (agama) Islam lebih menekankan pada teori pendidikan Islam (Tantowi,
2008:7-8).
Pendidikan Islam
menurut Fazlur Rahman dapat mencakup dua pengertian besar. Pertama,
pendidikan Islam dalam pengertian praktis, yaitu pendidikan yang dilaksanakan
di dunia Islam seperti yang diselenggarakan di Pakistan, Mesir, Sudan, Saudi,
Iran, Turki, Maroko, dan sebagainya, mulai dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Kedua, pendidikan tinggi Islam yang disebut dengan
intelektualisme Islam. Lebih dari itu, pendidikan Islam menurut Rahman dapat
juga dipahami sebagai proses untuk menghasilkan manusia (ilmuwan) integratif,
yang padanya terkumpul sifat-sifat seperti kritis, kreatif, dinamis, inovatif,
progresif, adil jujur dan sebagainya.
B. Batas Awal Dan Akhir Dalam Pendidikan Dan Kemungkinan
Keberhasilan Pendidikan
1.
Bagaimana pendidikan itu di mulai?
Zakiah Daradjat (2014:48-49) menyatakan bahwa Pendidikan dimulai dengan
pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan nyata, yaitu pada
minggu dan bulan pertama seorang anak di lahirkan, sedangkan pendidikan yang
sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah
bersifat “drestur” belum bersifat murni. Sebab pada pendidikan murni di
perlukan adanya kesadaran mental dari si terdidik.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak di tuntut pengertian bahwa ia
harus memahami apa yang di kehendak oleh pemegang kewibawaan dan menyadari
bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat di katakan
bahwa ciri utama dari pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan
interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik.
Dari segi psikologi, usia 3-4 tahun dikenal sebagai
“masa pembangkang” atau “masa krisis”. Dari segi pendidikan
justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang
sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya.
Artinya, di saat itulah terbuka peluang ke arah kesediaan menerima
yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki “kesadaran batin” atau
motivasi dalam perilakunya. Di sinilah pula mulai terbuka penyelenggaraan
pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan
motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan-tujuan pendidikan.
2.
Bila Pendidikan itu Berakhir?
Zakiah Daradjat (2014:49) menyatakan bahwa Sebagaimana sulitnya menetapkan
kapan sesungguhnya pendidikan akan berlangsung untuk terakhir kalinya.
Kesulitan tersebut berkitan erat dengan kesukaran menentukan
masa kematangan. Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai
kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan
sikap kekanak-kanakan. Misalnya, dalam bidang keterampilan tertentu seseorang
anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mandiri, tetapi dalam bidang sikap
kedewasaannya sama sekali tidak tampak.
Di samping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa
lingkungan dan keadaan kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau
tempo proses kematangannya. Misalnya, pada umumnya anak yang
sedang belajar tidak mendesak untuk segera dihadapkan dengan pemikiran-pemikiran
untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang dijumpai, sebagaimana yang
dialami anak-anak sebanyak yang telah terjun ke dalam dunia pekerjaan.
Kenyataan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat menentukan pada umur
berapa pendidikan manusia harus berakhir.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam Al-Gazali adalah untuk
mencapai keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan
hal di atas jelaslah bahwa batas pendidikan versi Langevel agak realistik pragmatik, maka batas
pendidikan Islam lebih idealistik dan pragmatik menurut Islam, pendidikan itu
berlangsung dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:
أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ
إِلَى اللَّهْـدِ
Artinya:
Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat
(al-Hadis).
Muhammad Munir Mursa mengatakan bahwa pendidikan islam tidak terbatas pada
suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia
merupakan pendidikan “dari buaian hingga liang lahat” selalu memperbarui diri,
serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan.
Dengan perkataan lain, ia senantiasa membimbing manusia untuk maju.
Prinsip pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini yang dikenal dengan konsep
pendidikan seumur hidup (Long Life of Education). Hal ini menunjukkan
bahwa tidak dikenal adanya batas-batas pendidikan. Bukankah pendidikan adalah
pertolongan orang dewasa (pendidik) kepada (pemuda) anak didik. Bukankah
manusia semenjak dia lahir dan sepanjang hidupnya dia membutuhkan pertolongan
orang lain?, maka semakin banyak kebutuhan hidup yang dibutuhkannya semakin
pula ia membutuhkan pendidikan.
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqin
yang secara sadar dan bertanggung jawab selalu mencari keridaan Allah SWT.
melalui jalur muamalah yang ubudiyah sehingga sistem pendidikan Islam adalah
suatu pola yang menyeluruh dari suatu masyarakat, unsur-unsur lembaga formal
atau non formal dengan pemindahan pengetahuan dan pewarisan kebudayaan yang
mempengaruhi pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan munculnya
sistem pendidikan Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu
fenomena baru dalam syariat Islam.
3.
Kemungkinan Keberhasilan Pendidikan
a. Dua
Aliran yang Ekstrim
Zakiah Daradjat (2014:51-54) menyatakan bahwa Tetapi
jawaban yang mendasar dapat dilihat dari dua aliran yang bertolak belakang
dalam memberi jawaban apa yang dapat dicapai oleh pendidikan.
1) Aliran
Pesimisme dalam Pendidikan
Pendidikan sama sekali tidak mempunyai kekuatan.
Pendidikan hanyalah semata-mata mengubah lapis permukaan atau kulit dari watak
anak didik sedang lapis yang lebih dalam dari kepribadian anak tidak perlu
ditentukan. Singkatnya, apa yang patut dihargai dari pendidikan atau manfaat
yang dapat diberikan oleh pendidikan tidak lebih dari sekedar memoles lapis
permukaan peradaban dan tingkah laku sosial. Pandangan dengan corak demikian
disebut “pendidikan pesimis”.
Pendidikan pesimis dapat berjalan seiring dengan
pandangan optimisme alamiah (naturalistisch optimisme ), artinya membiarkan
anak terdidik secara alami yang sejalan atau senada dengan proses alam. Memang
benar bahwa manusia itu tidak dapat dididik karena memang pada dasarnya manusia
tidak memerlukan pendidikan, sebab sesungguhnya sifat asli manusia adalah baik.
2) Aliran
Optimisme dalam Pendidikan
Di pihak lain terdapat para ahli yang dengan
bersemangat dan optimis menunggu hasil-hasil yang pasti dari upaya pendidikan.
Mereka sama sekali tidak mempertimbangkan adanya pengruh warisan bakat dan
pembawaan dan berpendapat bahwa manusia dapat dibentuk melalui pemilihan
lingkungan yang tepat, perbaikan keadaan kehidupan sosial dan pengaruh-pengaruh
yang bersifat medidik.
Pertanyaan mendasar yang dicari jawabannya oleh
kelompok ini telah dirumuskan oleh Claude Adrien Helvetius ( 1715-1771), salah
seorang pemikir zaman “ Aufklarung “, yaitu : “ Bagaimana bisa terjadi agar
manusia “ liar “ itu menjadi manusia yang kuat dan terampil, beradab serta kaya
akan ilmu pengetahuan dan gagasan-gagasan?” Ketika itu manusia seolah-olah
berkelas-kelas. Mereka membangkitkan kepercayaan bahwa lingkungan dan
pendidikan dapa membentuk manusia ke arah mana saja yang dikehendaki pendidik.
b. Teori
Konvergensi
Sekarang ambillah dua buah bibit kelapa yang
“berpembawaan” baik. Apakah yang terjadi ? Bibit yang ditanamkan di dataran
rendah tumbuh menjadi pohon yang besar dan banyak menghasilkan buah yang besar-besar,
sedangkan pohon yang didataran tinggi di pegunungan yang tidak besar dan tidak
berbuah atau kurang sempurna buahnya. Kesimpulan dari contoh-contoh ini ialah
bahwa lingkungan menyebabkan perbedaan- perbedaan yang besar.
Kemungkinan juga seorang anak desa yang bersahaja
mempunyai kecakapan untuk bermain film, musik, ilmu pasti atau matematika, akan
tetapi jika i selalu saja diam di desanya dan tidak bersekolah,
kecakapan-kecakapan tadi tidak akan memperoleh kesempatan untuk berkembag. Anak
itu tidak mendapat pengaruh lingkungan yang diperlukan, pembawaan dan
lingkungannya tidak pengaruh mempengaruhi. Seandainya ia dididik dalam
lingkugan yang sesuai dengan pembawaannya, tentu kecakapan-kecakapan tadi akan
berkembang dengan semestinya.
C. Pandangan Islam Tentang Pengaruh Faktor Warisan Dan
Lingkungan Serta Yang Dapat Dicapai Manusia Melalui Pendidikan
Pandangan Islam mengenai faktor warisan dan lingkungan dalam kaitannya
dengan keterbatasan dan kemungkinan pendidikan dapat dilihat dari buku-buku filsafat
Islam salah satu daripadanya adalah karangan Omar Muhammad Al-Toumy
Al-Syaibany, yang menjelaskan antara lain sebagai berikut :
1. Warisan
dan Lingkungan
Insan dengan seluruh perwakatan dan ciri pertumbuhannya adalah perwujudan
dua dua faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan. Kedua factor ini
mempengaruhi insane dan berintraksi dengannnya sejenak hari pertama ia menjadi
embrio hingga ke akhir hayatnya. Oleh karena kuat dan bercampur aduknya peranan
kedua factor ini, maka sukar sekali untuk merujuk perkembangan tubuh atau
tingkah laku insane secara pastikepada salah satu dari kedua factor tersebut
Dalam beberapa bagian, pertumbuhan jasmani itu dapat
dirujuk kepada faktor keturunan, umpamanya warna rambut, mata, roman muka, beberapa
pertumbuhan kepribadian dan sosial dapat dirujuk kepada factor lingkungan.
Namun demikian pertumbuhan jasmani tidak semestinya senantiasa dipengaruhi oleh
faktor keturunan. Demikian pula petumbuhan kepribadian dan kecenderungan
sosial. Kadangkala pertumbuhan jasmani dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik
yang berbentuk alamiah seperti iklim, perubahan musim dan sifat tanah, maupun
yang bersifat sosio budaya seperti cara makan, cara memelihara badan dari
penyakit dan rawatan.
Di samping itu banyak pula kita dapati fenomena
akhlak dan sosial dipengaruhi oleh kadar hormon yang dipancarkan oleh kelenjar,
keadaan syaraf, kelancaran peredaran darah dan sebagainya. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa pertumbuhan akal dan emosi juga dipengaruhi oleh
faktor keturunan dan lingkugan, umpamanya kecerdasan. Lingkungan dapat
memainkan peranan pendorong dan penolong terhadap perkembangan kecerdasan ini,
sehinggan insan dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya. Sebaliknya juga
dapat merupakan penghambat yang menyekat perkembangan, sehingga seseorang tidak
dapat mengambil manfaat dari kesediaan kecerdasan yang diwarisinya.
Kadar pengaruh keturunan dan lingkugan terhadap
insane berbeda-beda sesuai dengan segi-segi pertumbuhan kepribadian insan.
Kadar pengaruh kedua faktor ini juga berbeda sesuai dengan umur dan fase
pertumbuhan yang dilalui. Factor keturunan umumnya lebih kuat pengaruhnya pada
tingkat bayi, yakni sebelum terjalinnya hubungan sosial dan perkembangan
pengalaman. Sebaliknya pengaruh lingkungan lebih besar apabila insane mulai
meningkat dewasa. Ketika itu hubungan dengan lingkungan alam dan manusia serta
ruang geraknya sudah semakin luas.
Dalam membicarakan soal keturunan ini terdapat
pebedaan pendapat. Pendapat yang tampak lebih tepat ialah walaupun fakta
keturunan bayak mempengaruhi bentuk tubuh dan akal, namun ia sedikit banyak
mempengaruhi juga pertumbuhan akhlak dan kebiasaan sosial. Tetapi faktor
keturunan tersebut tidaklah merupakan suatu yang tidak bisa dipengaruhi. Malah
ia bisa dilentur dalam batas tertentu. Alat untuk melentur itu ialah lingkugan
degan segala unsurnya sekarang. Lingkungan sekitar adalah faktor pendidikan
yang terpenting.
Di samping itu
pengaruh warisan dalam pengertiannya yang luas dapat dibagi menjadi dua bagian
pokok :
a. Warisan
alami atau fitrah ( internal ) yang dipindahkan oleh jaringan-jaringan benih.
b. Warisan
sosial ( external ) yang dipindahkan oleh faktor di luar diri (
unit-unit sosial ) terutama keluarga. Media yang berperan dalam bagian ini
adalah pancaindera, akal, tradisi, serta jenis interaksi sosial yang beraneka
ragam.
Di antara
ayat-ayat al-Qur’an dan hadits nabi yang menjadi dasar pendapat adalah :
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (٧) فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (٨) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)
وَقَدْ خَابَ
مَنْ دَسَّاهَا (١٠)
Artinya:
Demi
jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 7-10)
2.
Perubahan Pada Manusia
Manusia dapat berubah karena wataknya yang luas dan
lentur (fleksible), artinya
watak insan itu bole dilenturkan, dibentuk dan diubah. iya mampu menguasai
ilmu pengetahuan adat istiadat, nilai, tendensi atau aliran baru. Demikian pula
iya dapat meninggalkan adat, nilai dan aliran lama karena interaksi sosial baik
dengan lingkungan yang bersifat alam maupuan kebudayaan. Proses pembentukan
indentitas, sifat dan watak ataupun memupuk dan memajukan ciri-cirinya yang
unik dinamakan sosialisasi, atau proses “permasyarakatan”. Mudah atau susahnya
proses ini bergantung kepada usia dan cara yang dugunakan.
Fleksibilitas tersebut dapat di tinjau dari segi fsiologi, ialah hasil dari
jaringan urat syarat dan sel-sel otak. Syraf dapat di pengaruhi oleh perulangan
latihan yang menghasilkan kebiasaan. Berulang-ulang melakukan suatu pekerjaan
dapat menambah minat dan kecenderungan kepada pekerjaan itu. Kecenderungan ini
akhirnya berubah menjadi adat, lalu adat membentuk kelakuan manusia. Dapat di
pastikan bahwa 99 persen dari perbuatan yang di lakukan oleh manusia merupakan
kelakuan yang otomatik. Sbab itu para cerdik pandai mengatakan adat itu adalah
“tabiat yang kedua”. Namun betapapun adat itu terserap dalam diri, ia masih
dapat di ubah. Tetapi tidaklah mudah lagi jika ia sudah mencapai taraf
keterampilan.
Menurut Islam kelakuan, kebiasaan, keahlian, kemahiran,
dan pikiran manusia dapat berubah. Malah dalam beberapa hal mesti berubah. Perubahan
itu tidak terjadi otomatis atau lantaran motifasi kebendaan atau kesan dari
perkembangan efolusi seperti yang diungkapkan oleh pengikut teori evolusi, tetapi
oleh proses pelajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir hayatnya. Disamping
itu dibantu oleh tabiat dan perwatakan yang mudah dilentur. Dalam hubunan ini
Allah berfirman :
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (٧) فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (٨) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)
وَقَدْ خَابَ
مَنْ دَسَّاهَا (١٠)
Artinya:
Demi
jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 7-10)
وَاللہُ اَخْرَجَکُمۡ مِّنۡۢ بُطُوۡنِ
اُمَّہٰتِکُمْ لَا تَعْلَمُوۡنَ شَیْـًٔا ۙ وَّ جَعَلَ لَکُمُ السَّمْعَ
وَالۡاَبْصٰرَ وَالۡاَفْـِٕدَۃَ ۙ لَعَلَّکُمْ تَشْکُرُوۡنَ ﴿۷۸﴾
Artinya:
Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
Ini berarti manusia itu lahir ke dunia tidak mengetahui apa-apa tentang
alam ini. Oleh karena itu Allah membekalinya dengan alat indera dan akal, yang
dengan itu ia dapat mencari ilmu dan alat untuk mengetahui. Dengan sendirinya
manusia bertanggung jawab penuh kepada Allah.
Sayidina ali berkata kepada Hasan anaknya : hati anak kecil umpama tanah
yang belum lagi bertanaman. Apa saja yang di semaikan akan di terima olehnya. Karena
itu aku memulai mendidik dengan akhlak yang baik, sebelum hatimu menjadi keras
dan pikiranmu sebibuk.
Dalil yang paling kuat yang membuktikan tentang mungkinnya keyakinan,
akhlak, atau kebiasaan manusia yang berubah pengutusan Rasul dan Nabi. Islam telah
dapat menghasilkan perubahan-perubaha dalam pribadi orang arab. Dari penyembah
berhala menjadi muwahiddin. Beriman dan menyembah Allah Yang Maha Esa. Dari
insan yang asyik memikir dan mengusahakan kesenangan dunia semata kepada insan
yang berusaha mendapatkan keredhaan Allah SWT dan ganjaran di akhirat. Dari
kecenderungan menyelesaikan masalahdengan pedang kepada insan yang cenderung
damai
Tetapi perubahan perilaku tidak dapat di lakukan terhadap beberapa ciri
tetap manusia di bawa sejak lahir, seperti naluri cinta, takut, tunduk,
menentang dan sebagainya. Apa yang boleh di buat terhadap nalri-naluri ini
ialah meningkatkan atau mendidiknya, ke arah yang lebih baik. Cara membentuk
itu ialah dengan membina kecintaan kepada ke utamaan dan idealisme. Kecintaan
seperti ini yang paling kuat pengaruhnya ialah kecintaan keagamaan. Jika
kecintaan telah tumbuh dalam hati seorang, akan kita dapati beberapa perubahan.
Misalnya, apa yang di takuti oleh orang awam tidak lagi menakutkannya. Yang di
takuti adalah ke murkaan Allah SWT.
Naluri marah umpamanya tidak hapus dan tidak padam, tetapi realisasinya
berubah bentuk. Marah tidak lagi di sebabkan oleh diri, harta dan anak-anak
tetapi karena hak yang di perkosa dan seruan ke arah agama ditentang.

PENUTUP
A.
Kesimpulan
|
Dan adapun
warisan dan lingkungan, Kedua item ini sama sama mempengaruhi pendidikan anak.
Warisan terbagi dua: a. Warisan alami (fitrah/internal) yang dipindahkan oleh
jaringan benih. Misal: rambut, warna kulit, tinggi pendek, dsb. b. Warisan
Sosial (external) yang dipindahkan oleh factor diluar diri (unit-unit social)
terutama keluarga. Media yang berperan dalam bagian ini adalah panca indera,
akal, tradisi, serta jenis interaksi social yang beraneka ragam.
Yang dimaksud
lingkungan adalah ruang lingkup dimana sianak berinteraksi, pada waktu masih
kecil dalam bimbingan orang tua lingkungan yang paling berpengaruh adalah
keluarga tapi ketika dewasa lingkungan sosialnya sangat berpengaruh besar bagi
anak.
B. Saran
Dan untuk
perubahan pada manusia, manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes dan
lentur (fleksibel), artinya watak insane itu boleh dilentur, dibentuk dan
diubah. Menurut islam ketakutan, kebiasaan, keahlian, kemahiran dan pikiran
manusia dapat berubah. Malah dalam beberapa hal mesti berubah. Demi
kelangsungan hidupnya kearah yang lebih baik, melalui tempaan terus menerus dan
pembiasaan. Sebagaimana Allah juga telah mengutus Rasul dan Nabi guna merubah
kehidupan manusia dari kejahiliahan kearah ketauhitan pada Allah SWT. Namun ada
pula yang tak dapat dirubah dari manusia seperti naluri cinta, hidup, takut,
tunduk, menentang dan sebagainya. Tapi hal itu biasa dibina kearah pelampiasan
yang benar. Cinta terhadap keutamaan dan idealisme beragama. Melampiaskan emosi
pada hal-hal positive.

Darajat, Zakiah. 2014. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta : PT BUMI AKSARA
Soleha, dkk. 2011. Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung : SHIDDIQ PRESS
Razak, Nasruddin. 1973. Dienul
Islam. Bandung : PT ALMA’ARIF
Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu
pendidikan teoritis dan praktis. Bandung : REMAJA ROSDAKARYA
Aly Hery Noer. 1999. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta : LOGOS WACANA ILMU
http:ilmu pendidikan
islam,kemungkinan dan keterbasan pendidikan. com
Komentar
Posting Komentar