MASALAH MORALITAS DI SEKOLAH DASAR



BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya. Hal ini merupakan tugas orang tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak.
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Masa usia Sekolah Dasar  merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan aspek kepribadian, kognitif,  psikososial, maupun moralnya.
Untuk itu pendidikan anak untuk usia Sekolah Dasar dalam bentuk  pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
1
 
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat pembelajaran.
Dengan demikian, proses belajar perlu disesuaikandengan tingkat perkembangan siswa. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pemahamanpara guru mengenai moralitas itu sendiri.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan moralitas itu ?
2.    Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia Sekolah Dasar
3.    Bagaimana Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar berdasarkan perkembangan moral ?

C.      Tujuan Pembahasan Masalah
 Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.
2.    Mengetahui apa yang dimaksut moralitas disekolah dasar.
3.    Mengetahui bagaimana karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar
4.    Mengetahui bagaimana pembelajaran anak di sekolah dasar berdasarkan perkembangan moral.













BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Moralitas
Arti Agama Bagi Anak Usia Sekolah Moral berasal dari bahasa latin: mores berarti tatakrama atau kebiasaan dalam perkembangan moral kelak anak-anak harus belajar mana yang benar dan mana yang salah.
a)    Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya  sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
b)   Mengembangkan Hati Nurani Penggunaan secara teknik-teknik disiplin yang ternyata efektif ketika anak masih kecil, cenderung menyebabkan kebencian pada yang lebih besar. Kalau disiplin dibutuhkan dalam perkembangan, haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak berperilaku moral yang diterima oleh masyarakatnya.
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Nilai-nilai moral itu, seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara hak orang lain, serta larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

B.       Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
3
 
Siswa Sekolah Dasar merupakan individu unik yang memiliki karakteristik tertentu yang bersifat khas dan spesifik.Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang berkembang. Perkembangan siswa akan dinamis sepanjang hayat mulai dari kelahiran sampai akhir hayat, Dalam hal ini pendidikan maupun pembelajaran sangat dominan memberikan konstribusi untuk membantu dan mengarahkan perkembangan siswa supaya menjadi positif dan optimal. Setiap siswa memiliki irama dan kecepatan perkembangan yang berbeda – beda dan bersifat individual.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1) menyatakan bahwa sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu. “ Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu “ 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam prilaku.
Dalam konteks kajian P3, kami mendefinisikan pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. “definisi ini mengandung makna :
1.         Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran
2.         Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secarah utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
3.         Penguatan dan perkembangan prilaku didasari oleh nilai-nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).
Perkembangan siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam proses belajar. Seluruh aktifitas proses belajar harus berpusat pada kebutuhan siswa (child centered) dan pada aspek tuntutan masyarakat (society centered). Fase – fase perkembangan yang dialami siswa harus dipahami oleh guru supaya dalam pembelajaran tidak mengalami hambatan psikologis yang mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
Perkembangan siswa sekolah dasar usia 6-12 tahun yang termasuk pada perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki fase-fase yang unik dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang bersangkutan.

C.      Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar berdasarkan perkembangan moral
1.    Peranan Disiplin dalam Perkembangan Moral
Andi Yudha (2010:23) menyatakan bahwa disiplin di sini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup berbagai hal lain. Sehingga, guru Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar berdasarkan perkembangan moral mampu menjadi teladan kedisiplinan tanpa harus sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. contoh, disiplin dalam waktu.
 Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral).  Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, dalam pengalamannya  berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara, teman sebaya, atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Imam Musbikin (2007:73-74) menyatakan bahwa Dalam menerapkan disiplin pada anak,orang tua perlu bertindak tepat sehingga sikecil mengerti perilakunya sesuai yang diharapkan atau tidak.Apa saja yang perlu diperhatikan?
Ah,Namanya juga anak kecil nanti kalo sudah sekolah iya akan berubah,”ujar seorang ibu menanggapi anak belitanya yang enggan membereskan mainannya.”lagi pula,mengajarkan disiplin itu’kan tugas guru disekolah,"kata orang tua lain.Ucapan-ucapan ini mungkin pernah pula terlintas dalam pikiran anda.
Bisa jadi orang tua memaklumi perilaku anak yang tidak tepat karena tak tega menghukum anaknya.Bahkan,tidak sedikit orang tua yang tak kuasa berkata “tidak” kepada anaknya.”Maka kanak-kanak itu hanya sebentar,masa anak dilarang-larang,dihukum dan dimarahi segala.’kan kasihan......’ucapan ini mungkin terbetik dalam benak sebagai orang tua.
Kebiasaan bertingkah laku baik tidak terbentuk dalam sekejap.kebiasaan ini harus dimulai sejak si anak berusia dini,agar menginternalisasi dalam diri anak.Anak seyogianya tak sekedar takut dimarahi namun dihadapkan sabar bahwa perbuatan tertentu tidak baik atau tepat dilakukannya.
Pendisiplinan memang tak hanya berlaku terhadap perilaku yang berhubungan dengan rutinitas,seperti bangun pagi,makan,mandi,nonton televisi ataupun tidur.Perilaku tidak baik,seperti kebiasaan anak berteriak teriak atau merebut mainan teman pun,harus termasuk dalam pendisiplinan.           
Dalam mendisiplinan si kecil, orang tua dituntut dapat menilai sanksi apa yang tepat bagi ank sehingga ia mengert baik atau tidaknya perbuatan yang mereka lakukan.Selain itu, orang tua juga perlu menunjukkan pada anaknya,bahwa teguran bahkan hukuman termasuk anak adalah karena ibu dan ayahnya menyayanginya dan meginginkan si kecil menjadi orang baik,bukan karena membencinya.
Mendisiplin, mengubah tingkah laku atau kebiasaan buruk ank memang membutuhkan kesabaran.Anda pun perlu realistis dan melakukan pendisiplinan secara kontinyu sampai nilai baik yang ingin anda ajarkan menginternalisasi dalam diri anak.
2.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Sitiatava (2013:189) menyatakan bahwa perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya yang mendukung. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya  sebagai berikut ::
1. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain.
2.  Sikap orangtua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semua pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).Interaksi dalam keluarga turut mempengaruhi perkembangan moral anak.
3.  Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut Orang tua
 Merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
4.  Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsistenan orangtua itu sebagai alasan untuk tidak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berprilaku seperti orangtuanya. Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup terterntu, Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral peserta didik, diantaranya yaitu:
a)         Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
b)        Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
c)         Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur lingkungan social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsure lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
d)        Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
e)         Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
3.    Pentingnya Disiplin Bagi Anak
Imam Musbikin (2007:75) menyatakan bahwa Hal terpenting dalam penegakan disiplin adalah konsistem anda.konsistem penting dalam pemberian hukuman saat perilaku yang tak diinginkan muncul.Misalnya,ketika si kecil merebut makanan teman atau saudaranya,tak hanya menegur anak hari ini,namun di saat lain membiarkan.Atau,hindari menghukum anak dengan tidak boleh bermain untuk beberapa waktu,sementara saat adiknya melakukan hal yang sama,anda tak menjatuhkan hukuman sama sekali.Orang tua tetap perlu menerapkan hal yang sama pada adiknya,meski jenis hukuman yang anda berikan tentu tidak bisa sama persis,mengingat usia dan proses berfikir anak berbeda.selain itu,jangan sampai anak memahami untuk apa hukuman diberikan.
Konsitensi ini penting karena,dengan cara ini sikecil bisa belajar memahami apa yang dihapkan darinya.”mengapa saya tidak boleh memukul teman?”misalnya.bila anda konsisten,anak akan mengerti memukul tidak baik karena dapat menyakiti teman.sebaiknya,jika anda tidak konsisten,anak bingung apakah memukul itu baik atau tidak.sikap anda yang konsisten ini juga dapat membuat anak menjadi oportunis(mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan semata).
4.      Pemberian Hukuman Dan Penghargaan
     Imam Musbikin (2007:78) menyatakan bahwa Anak-anak sering kali menanggap,akibat sama dengan hukuman.sehingga mereka berfikir hal-hal buruk akan terjadi jika mereka tidak menghentikan perilaku tertentu.anda dapat memulai memberi sikecil pengertian bahwa akibat adalah sesuatu hasil dari perilaku,sehingga dapat menjadi positif(dimana iya mendapatkan ganjaran atau reward)ataupun negatif(dimana iya mendapatkan hukuman atau punishment) ,tergantung perilakunya.
     Misalnya, jika sikecil membereskan mainannya setelah selesai menggunakan,maka iya akan mendapatkan ganjaran bahwa saat iya membutuhkannya lagi tidak sukar mencarinya.biasakanlah menjelaskan dengan alasan saat meminat si kecil melakukan sesuatu.ini dapat menyadarkan anak setiap perilaku ada konsekuensinya,positif ataupun negatif.hal ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak.
1.    Cara yang benar dalam pemberian hadiah kepada anak:
a)    Orang tua jangan membuat target untuk nilai prestasi anak disekolah.
b)   Tidak memberikan hadiah kepada anak agar patuh kepada orang tua.
c)    Berikan hadiah yang menjadi kebutuhan utama terutama yang mendukung kegiatan belajar.
d)   Tidak memberikan hadiah diluar batas kemampuan.
e)    Jangan sampai menjadikan hadiah sebagai janji.
2.    Prinsip penting dalam menyayangidengan hukuman antara lain:
a)    Menghukum sesuai tahapan usia anak
b)   Menghukum sesuai bobot kesalahan.
c)    Tidak menghukum karena kesalahan oranglain
d)   Aturan hukum diterangkan pada anak
e)    Menghukum tidak depan orang lain.
3.    Hukuman yang baik,adalah:
a)    Hukuman yang mengandung nilai kasih dan membuat anak tahu dimana letak kesalahannya.
b)   Ajari mengucapkan kata ”maaf” ketika salah dan ”terima kasih” ketika ada yang meminta maaf.
c)    Kesabaran dan ketelatenan untuk terus dan terus melakukan pengertian.
d)   Berikan Pujian dari setiap hukuman.
4.    Mengatasi perasaan emosi orang tuayang mengarah pada kekerasan.
a)    Kenali kegusaran anda.
b)   Berikan suatu pembenaran untuk marah. Ubah arah kemarahan anda pada hal selain anak,misalnya memencet boneka bebek karet dengan kuat.
c)    Salurkan kemarahan anda kearah positif..
d)   Cobalah merelaksasikan diri. Menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan.
e)    Lebih baik membawa kemarahan untuk tidur.

5.      Pengertian Disiplin.
 Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok ataupun masyarakat berupa kepatuhan atau kataatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai. Maka dapat disimpulkan bahwa disiplin membutuhan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu,kenikmatan  dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.
  Memberikan pengertian akan mana yang baik dan yang buruk. Perlu di tanamkan pada anak bahwa berbuat kesalahan tentu mengandung sejumlah konsekuensi,untuk itulah fungsi hukuman dalam pendidikan anak. Memberikan hukuman pada anak yang benar seharusnya tetap berlandaskan kasih sayang, dan tidak sampai menggunakan kekerasan fisik.
1.    Cara efektif memberikan pendidikan disiplin pada anak :
a)    Arahan dan nasihat
b)   Dialog hati
c)    Memberi contoh
d)   Limpahi dengan hadiah atas prestasinya
e)    Hukuman dengan kasih sayang dan Kata-kata bijak
Dalam memberikan pendidikan dispilin terhadap anak tidak harus sampai menggunakan kekerasan,karena tanpa disadari bukan kedisplinan yang diajarkan melainkan pendidikan kekerasan yang akan diingat anak dan ditirunya di masa berikutnya. Untuk mendisiplinkan anak,hukuman-hukuman juga bisa diterapkan dalam mendidik kedisplinanan. Tapi yang perlu di ingat tak semua hukuman bisa dipakai,hukuman pun sesungguhnya memiliki aturan dan prinsip dalam pemakainnya agar hukuman tak menjurus kearah kekerasan baik fisik maupun psikis.
Pertama sekali anak belajar mengikuti aturan-aturan yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-aturan tersebut. Dalam mempelajari moral, ada 4 elemen penting, yaitu peran hukum, tata krama dan aturan; peran kata hati; peran rasa bersalah dan malu; serta peran interaksi sosial
Keempat elemen ini penting dalam perkembangan moral seorang anak. Perkembangan moral tidak bisa dilepaskan dari lingkungan. Ketika kecil lingkungan keluargalah yang berperan, namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang, anak mengikuti aturan-aturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.
Misalnya, agar disenangi teman sebaya atau orang disekelilingnya anak mengikuti aturan-aturan yang diharapkan lingkungannya.
Dalam perkembangan moral, disiplin mempunyai peran penting. Melalui disiplin anak belajar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. anak pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima dalam masyarakat.
Dalam menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin, anak pun belajar memahami mengapa perilakunya salah dan anak tidak akan mengulangi perilaku tersebut. Demikian pula dengan penghargaan. Adanya penghargaan, anak akan belajar mengulangi perilaku yang diterima di lingkungannya. Pemberian hukuman dan penghargaan, atau penanaman disiplin haruslah secara konsisten.
Pengenalan perilaku baik dan buruk tidak terlepas dari bagaimana mengenalkan agama sejak dini. Melalui contoh sehari-hari anak belajar konsep Tuhan, surga, neraka, setan ataupun malaikat.
Setelah Anda membaca rangkuman dan mengerjakan latihan, diharapkan Anda dapat lebih paham mengenai kegiatan belajar ini. Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda mengenai perkembangan moral pada anak SD, maka cobalahn kerjakan soal-soal tes formatif berikut ini. Namun jika Anda merasa belum mantap mengenai materi ini, bacalah sekali lagi kegiatan belajar ini.
2.    Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompok sosialnya.
a)    Disiplin membuat anak-anak mempunyai persaan aman tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
b)   Anak belajar mengapa pola perilaku tertentu diterima dan mengapa pola perilaku lain tidak diterima.
c)    Melalui disiplin anak-anak dibantu untuk hidup sesuai dengan norma-norma sosial
d)   Anak-anak pun akan mengembangkan kata hati untuk membuat keputusan dan pengendalian dari perilakunya Pemberian hukuman pun hendaknya segera,konsisten dan konstruktif dengan alasan yang jelas.
3.    Adapun pemberian hukuman dapat berfungsi untuk :
a)    Membatasi anak agar tingkah laku yang tidak di inginkan di ulangi
b)   Mendidik
c)    Motivasi,untuk menghindari terjadinya tingkah laku sosial yang tidak diinginkan.












BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan akan membawa siswa merasa aman karena dapat mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik. Sehingga siswa mampu mengarahkan diri. Hal ini menunjang siswa untuk mempunyai jam belajar yang teratur, disiplin diri yang pada akhirnya akan mampu menghasilkan siswa yang mampu berdiri secara profesional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
a)    Menyesuaikan karakteristik yang dimiliki oleh anak usia SD
b)   Mengaitkan hal-hal yang bersifat konkret pada setiap pembelajaran dengan tidak melibatkan hal-hal yang abstrak yang dapat membingungkan anak SD
c)    Menumbuhkan rasa percaya diri sedini mungkin sehingga meminimalisir timbulnya rasa rendah diri pada siswa SD
d)   Memberikan contoh kisah keteladanan para tokoh yang diterapkan langsung oleh guru SD dalam setiap pembelajaran
B.       Saran
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran anak di Sekolah Dasar dengan menyesuaikan krakteristik yang dimiliki oleh siswa SD. Karena jika kita tidak memperdulikan masalah hal yang sederhana akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain.hadapi semua permasalahan terhadap siswa SD dengan sabar dan slalu menasehati mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka.
14
 
Upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kedisiplinan melakukan pembiasaan atau latihan, memberikan contoh, memberikan pemahaman, dan mengontrol. Dengan demikian kedisiplinan yang terbentuk akan menjadi karakter pada diri siswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KETERKAITAN PPKn DENGAN IPS

BATASAN DAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM