MASALAH MORALITAS DI SEKOLAH DASAR

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah titipan tuhan yang
harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak
menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk
berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan.
Setiap anak dilahirkan bersamaan
dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang luput dari
Pengawasan dan Kepedulian-Nya. Hal ini merupakan tugas
orang tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah
penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak.
Dalam bidang pendidikan seorang
anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan
pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai
pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses
belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik
secara intelektual, emosional dan sosial.
Masa usia Sekolah Dasar merupakan
periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses
pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk
mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan
aspek kepribadian, kognitif, psikososial, maupun moralnya.
Untuk itu pendidikan anak untuk usia Sekolah Dasar dalam bentuk
pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat
diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
|
Dengan
demikian, proses belajar perlu disesuaikandengan tingkat perkembangan siswa.
Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pemahamanpara guru mengenai moralitas
itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan moralitas itu ?
2.
Bagaimana karakteristik perkembangan anak usia Sekolah
Dasar
3.
Bagaimana Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar
berdasarkan perkembangan moral ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
Adapun tujuan
penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.
2.
Mengetahui apa yang dimaksut moralitas disekolah
dasar.
3.
Mengetahui bagaimana karakteristik perkembangan anak
usia sekolah dasar
4.
Mengetahui bagaimana pembelajaran anak di sekolah dasar
berdasarkan perkembangan moral.

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Moralitas
Arti Agama Bagi Anak Usia Sekolah
Moral berasal dari bahasa latin: mores berarti tatakrama atau kebiasaan
dalam perkembangan moral kelak anak-anak harus
belajar mana yang benar dan mana yang salah.
a) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari
anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam
hukum, kebiasaan, dan peraturan.
b)
Mengembangkan Hati Nurani
Penggunaan secara teknik-teknik disiplin yang ternyata efektif ketika anak
masih kecil, cenderung menyebabkan kebencian pada yang lebih besar. Kalau
disiplin dibutuhkan dalam perkembangan, haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak
berperilaku moral yang diterima oleh masyarakatnya.
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara
kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral.
Nilai-nilai moral itu, seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan
memelihara hak orang lain, serta larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum
minuman keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut
sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
B. Karakteristik
Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
|
Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1) menyatakan bahwa
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu.
“ Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu “ 1) proses
transformasi nilai-nilai, 2) Ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3)
menjadi satu dalam prilaku.
Dalam konteks kajian P3, kami mendefinisikan pendidikan karakter dalam
seting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai
tertentu yang dirujuk oleh sekolah. “definisi ini mengandung makna :
1.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang
terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran
2.
Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku
anak secarah utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki
potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.
3.
Penguatan dan perkembangan prilaku didasari oleh
nilai-nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).
Perkembangan siswa merupakan
salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam proses belajar. Seluruh
aktifitas proses belajar harus berpusat pada kebutuhan siswa (child centered) dan pada aspek tuntutan
masyarakat (society centered). Fase –
fase perkembangan yang dialami siswa harus dipahami oleh guru supaya dalam
pembelajaran tidak mengalami hambatan psikologis yang mengakibatkan hasil
belajar tidak optimal.
Perkembangan siswa sekolah
dasar usia 6-12 tahun yang termasuk pada perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki fase-fase
yang unik dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa
yang bersangkutan.
C. Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar berdasarkan
perkembangan moral
1. Peranan Disiplin
dalam Perkembangan Moral
Andi Yudha (2010:23) menyatakan
bahwa disiplin di sini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup berbagai
hal lain. Sehingga, guru Pembelajaran Anak di Sekolah Dasar berdasarkan
perkembangan moral mampu menjadi teladan kedisiplinan tanpa
harus sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. contoh, disiplin dalam
waktu.
Perkembangan moral adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam
dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, dalam
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara,
teman sebaya, atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan.
Imam
Musbikin (2007:73-74) menyatakan bahwa Dalam menerapkan disiplin pada
anak,orang tua perlu bertindak tepat sehingga sikecil mengerti perilakunya
sesuai yang diharapkan atau tidak.Apa saja yang perlu diperhatikan?
Ah,Namanya
juga anak kecil nanti kalo sudah sekolah iya akan berubah,”ujar seorang ibu
menanggapi anak belitanya yang enggan membereskan mainannya.”lagi
pula,mengajarkan disiplin itu’kan tugas guru disekolah,"kata orang tua
lain.Ucapan-ucapan ini mungkin pernah pula terlintas dalam pikiran anda.
Bisa
jadi orang tua memaklumi perilaku anak yang tidak tepat karena tak tega
menghukum anaknya.Bahkan,tidak sedikit orang tua yang tak kuasa berkata “tidak”
kepada anaknya.”Maka kanak-kanak itu hanya sebentar,masa anak
dilarang-larang,dihukum dan dimarahi segala.’kan kasihan......’ucapan ini
mungkin terbetik dalam benak sebagai orang tua.
Kebiasaan
bertingkah laku baik tidak terbentuk dalam sekejap.kebiasaan ini harus dimulai
sejak si anak berusia dini,agar menginternalisasi dalam diri anak.Anak
seyogianya tak sekedar takut dimarahi namun dihadapkan sabar bahwa perbuatan
tertentu tidak baik atau tepat dilakukannya.
Pendisiplinan
memang tak hanya berlaku terhadap perilaku yang berhubungan dengan
rutinitas,seperti bangun pagi,makan,mandi,nonton televisi ataupun
tidur.Perilaku tidak baik,seperti kebiasaan anak berteriak teriak atau merebut
mainan teman pun,harus termasuk dalam pendisiplinan.
Dalam
mendisiplinan si kecil, orang tua dituntut dapat menilai sanksi apa yang tepat
bagi ank sehingga ia mengert baik atau tidaknya perbuatan yang mereka
lakukan.Selain itu, orang tua juga perlu menunjukkan pada anaknya,bahwa teguran
bahkan hukuman termasuk anak adalah karena ibu dan ayahnya menyayanginya dan
meginginkan si kecil menjadi orang baik,bukan karena membencinya.
Mendisiplin,
mengubah tingkah laku atau kebiasaan buruk ank memang membutuhkan
kesabaran.Anda pun perlu realistis dan melakukan pendisiplinan secara kontinyu
sampai nilai baik yang ingin anda ajarkan menginternalisasi dalam diri anak.
2.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Sitiatava
(2013:189) menyatakan bahwa perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi
oleh lingkungannya yang mendukung. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari
lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai
dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai
moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih
kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut ::
1. Konsisten dalam mendidik anak
1. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu
harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan
tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh
orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu
lain.
2. Sikap
orangtua dalam keluarga
Secara tidak
langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses
peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan
sikap disiplin semua pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap
masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang
mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua
adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).Interaksi dalam
keluarga turut mempengaruhi perkembangan moral anak.
3. Penghayatan
dan pengamalan agama yang dianut Orang tua
Merupakan panutan (teladan) bagi anak,
termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang
menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara memberikan ajaran atau
bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami
perkembangan moral yang baik.
4.
Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua
yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka
harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila
orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata yang
sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan
perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan
menggunakan ketidak konsistenan orangtua itu sebagai alasan untuk tidak
melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berprilaku
seperti orangtuanya. Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan
nilai-nilai hidup terterntu, Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan moral
peserta didik, diantaranya yaitu:
a)
Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua
dan anak.
b)
Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang
simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang
diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran-gambaran ideal.
c)
Faktor lingkungan memegang peranan penting. Diantara
segala segala unsur lingkungan social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat
penting adalah unsure lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau
dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
d)
Faktor selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral
adalah tingkat penalaran. Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut
Kohlberg, dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh
piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menrut tahap-tahap
perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.
e)
Faktor Interaksi sosial dalam memberik kesepakatan
pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui
masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.
3.
Pentingnya Disiplin Bagi
Anak
Imam
Musbikin (2007:75) menyatakan bahwa Hal
terpenting dalam penegakan disiplin adalah konsistem anda.konsistem penting
dalam pemberian hukuman saat perilaku yang tak diinginkan
muncul.Misalnya,ketika si kecil merebut makanan teman atau saudaranya,tak hanya
menegur anak hari ini,namun di saat lain membiarkan.Atau,hindari menghukum anak
dengan tidak boleh bermain untuk beberapa waktu,sementara saat adiknya
melakukan hal yang sama,anda tak menjatuhkan hukuman sama sekali.Orang tua
tetap perlu menerapkan hal yang sama pada adiknya,meski jenis hukuman yang anda
berikan tentu tidak bisa sama persis,mengingat usia dan proses berfikir anak
berbeda.selain itu,jangan sampai anak memahami untuk apa hukuman diberikan.
Konsitensi ini penting karena,dengan cara ini sikecil bisa
belajar memahami apa yang dihapkan darinya.”mengapa saya tidak boleh memukul
teman?”misalnya.bila anda konsisten,anak akan mengerti memukul tidak baik
karena dapat menyakiti teman.sebaiknya,jika anda tidak konsisten,anak bingung
apakah memukul itu baik atau tidak.sikap anda yang konsisten ini juga dapat
membuat anak menjadi oportunis(mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan
semata).
4. Pemberian Hukuman
Dan Penghargaan
Imam Musbikin (2007:78)
menyatakan bahwa Anak-anak sering kali
menanggap,akibat sama dengan hukuman.sehingga mereka berfikir hal-hal buruk
akan terjadi jika mereka tidak menghentikan perilaku tertentu.anda dapat
memulai memberi sikecil pengertian bahwa akibat adalah sesuatu hasil dari
perilaku,sehingga dapat menjadi positif(dimana iya mendapatkan ganjaran atau reward)ataupun
negatif(dimana iya mendapatkan hukuman atau punishment) ,tergantung
perilakunya.
Misalnya, jika
sikecil membereskan mainannya setelah selesai menggunakan,maka iya akan
mendapatkan ganjaran bahwa saat iya membutuhkannya lagi tidak sukar mencarinya.biasakanlah
menjelaskan dengan alasan saat meminat si kecil melakukan sesuatu.ini dapat
menyadarkan anak setiap perilaku ada konsekuensinya,positif ataupun negatif.hal
ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak.
1.
Cara yang benar dalam
pemberian hadiah kepada anak:
a)
Orang tua jangan membuat target untuk nilai prestasi
anak disekolah.
b) Tidak
memberikan hadiah kepada anak agar patuh kepada orang tua.
c) Berikan
hadiah yang menjadi kebutuhan utama terutama yang mendukung kegiatan belajar.
d) Tidak
memberikan hadiah diluar batas kemampuan.
e) Jangan
sampai menjadikan hadiah sebagai janji.
2.
Prinsip penting dalam
menyayangidengan hukuman antara lain:
a)
Menghukum sesuai tahapan usia anak
b) Menghukum
sesuai bobot kesalahan.
c) Tidak
menghukum karena kesalahan oranglain
d) Aturan hukum
diterangkan pada anak
e) Menghukum
tidak depan orang lain.
3.
Hukuman yang baik,adalah:
a) Hukuman yang
mengandung nilai kasih dan membuat anak tahu dimana letak kesalahannya.
b)
Ajari mengucapkan kata ”maaf” ketika salah dan ”terima
kasih” ketika ada yang meminta maaf.
c)
Kesabaran dan ketelatenan untuk terus dan terus
melakukan pengertian.
d)
Berikan Pujian dari setiap hukuman.
4.
Mengatasi perasaan emosi
orang tuayang mengarah pada kekerasan.
a)
Kenali kegusaran anda.
b)
Berikan suatu pembenaran untuk marah. Ubah arah
kemarahan anda pada hal selain anak,misalnya memencet boneka bebek karet dengan
kuat.
c)
Salurkan kemarahan anda kearah positif..
d)
Cobalah merelaksasikan diri. Menarik nafas dalam-dalam
dan dihembuskan.
e)
Lebih baik membawa kemarahan untuk tidur.
5. Pengertian
Disiplin.
Disiplin merupakan
sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok
ataupun masyarakat berupa kepatuhan atau kataatan terhadap peraturan,
ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Pada dasarnya disiplin muncul
dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar yang teratur serta
mencintai dan menghargai. Maka dapat disimpulkan bahwa disiplin membutuhan
pengorbanan, baik itu perasaan, waktu,kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan,
melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.
Memberikan pengertian akan mana yang
baik dan yang buruk. Perlu di tanamkan pada anak bahwa
berbuat kesalahan tentu mengandung sejumlah
konsekuensi,untuk itulah fungsi hukuman dalam pendidikan anak. Memberikan
hukuman pada anak yang benar seharusnya tetap berlandaskan kasih sayang, dan
tidak sampai menggunakan kekerasan fisik.
1.
Cara efektif memberikan
pendidikan disiplin pada anak :
a)
Arahan dan nasihat
b)
Dialog hati
c)
Memberi contoh
d)
Limpahi dengan hadiah atas prestasinya
e)
Hukuman dengan kasih sayang dan Kata-kata bijak
Dalam
memberikan pendidikan dispilin terhadap anak tidak harus sampai menggunakan
kekerasan,karena tanpa disadari bukan kedisplinan yang diajarkan melainkan
pendidikan kekerasan yang akan diingat anak dan ditirunya di masa berikutnya.
Untuk mendisiplinkan anak,hukuman-hukuman juga bisa diterapkan dalam mendidik
kedisplinanan. Tapi yang perlu di ingat tak semua
hukuman bisa dipakai,hukuman pun sesungguhnya memiliki aturan dan prinsip dalam
pemakainnya agar hukuman tak menjurus kearah kekerasan baik fisik maupun
psikis.
Pertama
sekali
anak belajar mengikuti aturan-aturan yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus
mengikuti aturan-aturan tersebut. Dalam mempelajari moral, ada 4 elemen
penting, yaitu peran hukum, tata krama dan aturan; peran kata hati; peran rasa
bersalah dan malu; serta peran interaksi sosial
Keempat
elemen ini penting dalam perkembangan moral seorang anak. Perkembangan moral
tidak bisa dilepaskan dari lingkungan. Ketika kecil lingkungan keluargalah yang
berperan, namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang,
anak mengikuti aturan-aturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.
Misalnya,
agar disenangi teman sebaya atau orang disekelilingnya anak mengikuti
aturan-aturan yang diharapkan lingkungannya.
Dalam
perkembangan moral, disiplin mempunyai peran penting. Melalui disiplin anak
belajar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. anak pun belajar perilaku
yang dapat diterima dan tidak diterima dalam masyarakat.
Dalam
menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan
jika terjadi pelanggaran disiplin, anak pun belajar memahami mengapa
perilakunya salah dan anak tidak akan mengulangi perilaku tersebut. Demikian
pula dengan penghargaan. Adanya penghargaan, anak akan belajar mengulangi
perilaku yang diterima di lingkungannya. Pemberian hukuman dan penghargaan,
atau penanaman disiplin haruslah secara konsisten.
Pengenalan
perilaku baik dan buruk tidak terlepas dari bagaimana mengenalkan agama sejak
dini. Melalui contoh sehari-hari anak belajar konsep Tuhan, surga, neraka,
setan ataupun malaikat.
Setelah
Anda membaca rangkuman dan mengerjakan latihan, diharapkan Anda dapat lebih
paham mengenai kegiatan belajar ini. Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda
mengenai perkembangan moral pada anak SD, maka cobalahn kerjakan soal-soal tes
formatif berikut ini. Namun jika Anda merasa belum mantap mengenai materi ini,
bacalah sekali lagi kegiatan belajar ini.
2.
Tujuan dari disiplin
adalah membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompok sosialnya.
a) Disiplin membuat anak-anak mempunyai persaan aman
tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
b) Anak belajar mengapa pola perilaku tertentu diterima
dan mengapa pola perilaku lain tidak diterima.
c) Melalui disiplin anak-anak dibantu untuk hidup sesuai
dengan norma-norma sosial
d) Anak-anak pun akan mengembangkan kata hati untuk
membuat keputusan dan pengendalian dari perilakunya Pemberian hukuman pun
hendaknya segera,konsisten dan konstruktif dengan alasan yang jelas.
3. Adapun pemberian hukuman dapat berfungsi untuk :
a) Membatasi anak agar tingkah laku yang tidak di
inginkan di ulangi
b) Mendidik
c) Motivasi,untuk menghindari terjadinya tingkah laku
sosial yang tidak diinginkan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
deskripsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan akan membawa siswa
merasa aman karena dapat mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik. Sehingga siswa mampu
mengarahkan diri. Hal ini menunjang siswa untuk mempunyai jam belajar yang
teratur, disiplin diri yang pada akhirnya akan mampu menghasilkan siswa yang
mampu berdiri secara profesional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
a)
Menyesuaikan karakteristik yang dimiliki oleh anak usia
SD
b)
Mengaitkan hal-hal yang bersifat konkret pada setiap
pembelajaran dengan tidak melibatkan hal-hal yang abstrak yang dapat
membingungkan anak SD
c)
Menumbuhkan rasa percaya diri sedini mungkin sehingga
meminimalisir timbulnya rasa rendah diri pada siswa SD
d)
Memberikan contoh kisah keteladanan para tokoh yang
diterapkan langsung oleh guru SD dalam setiap pembelajaran
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran anak di Sekolah Dasar
dengan menyesuaikan krakteristik yang dimiliki oleh siswa SD. Karena jika kita
tidak memperdulikan masalah hal yang sederhana akan merugikan diri kita sendiri
dan orang lain.hadapi semua permasalahan terhadap siswa SD dengan sabar dan
slalu menasehati mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka.
|
Komentar
Posting Komentar